Newest Post
Archive for March 2014
Daun
yang lengkap mempunyai bagian-bagian berikut:
1. Upih daun atau pelepah daun (vagina/sheath),
2. Tangkai daun (petiolus/stalk),
3. Helaian daun (lamina/blade).
Tumbuhan yang memiliki daun lengkap tidak banyak
jenisnya, ch. pisang (Musa paradisiaca L.), pinang (Areca
catechu L.), bambu (Bambusa sp), dll.
Complete Part of Banana Leaves
Bagian Lengkap Daun Bambu
Kebanyakan tumbuhan memiliki
daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut. Daun
yang demikian dinamakan daun tidak lengkap.
Susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan:
1. Hanya
terdiri atas tangkai dan helaian saja; disebut daun bertangkai. Ch.: nangka (Artocarpus
integra), mangga (Mangifera indica), dll.
2. Daun
terdiri atas upih dan helaian, disebut daun berupih atau daun berpelepah.
Ch.: padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), dll.
3. Daun
yang terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, helaian langsung duduk
atau melekat pada batang. Daun demikian dinamakan daun duduk (sessilis),
seperti pada biduri (Calotropis gigantea). Daun duduk dapat mempunyai
pangkal yang demikian lebarnya seakan-akan melingkari batang atau memeluk
batang, oleh sebab itu dinamakan daun memeluk batang (amplexi caulis)
ch. pada tempuyung (Sonchus oleraceus). Bagian daun yang memeluk
batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun.
4. Daun
hanya terdiri atas tangkai saja, tangkai tadi biasanya lalu menjadi pipih
menyerupai helaian daun semu atau palsu, dinamakan: filodia,
seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Acacia yang berasal dari Australia,
ch.: Acacia auriculiformis.
Daun Nangka yang terdiri atas tangkai dan helaian saja
Daun jagung terdiri atas upih(pelepah) dan helaian daun
Daun duduk (helaian saja) pada Biduri
Daun memeluk batang pada Tempuyung
Tangkai daun memipih membentuk helaian daun palsu (filodia) pada Akasia
Alat-alat tambahan atau pelengkap pada daun :
1. Daun
penumpu (stipula), berupa dua helai lembaran daun yang
kecil, terdapat dekat pangkal tangkai daun berguna untuk melindungi kuncup yang
masih muda. Pada kacang kapri (Pisum sativum) daun penumpu itu besar dan
lebar. Pada pohon nangka (Artocarpus integra) daun penumpunya
mudah gugur, tetapi pada mawar (Rosa sp) tinggal lama dan baru
gugur bersama-sama daunnya.
Menurut
letaknya, daun penumpu dapat dibedakan atas:
§
Daun penumpu yang bebas (stipulae liberae),
terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun, ch. pada kacang tanah (Arachis
hypogaea).
§
Daun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai
daun (stipulae adnatae) ch. pada mawar (Rosa sp).
§
Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu dan terdapat di
dalam ketiak daun (stipula axillaries atau stipula intrapetiolaris).
§
Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu terdapat
berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang
(stipula petiolo opposite atau stipula antidroma).
§
Daun penumpu yang berlekatan dan terdapat diantara dua
tangkai daun seperti pada tumbuhan yang pada buku-buku batangnya mempunyai dua
daun yang duduk berhadapan, ch. pada mengkudu (Morinda citrifolia). Daun
penumpu yang demikian dinamakan daun penumpu antar tangkai (stipula
interpetiolaris)
Stipula Liberae pada Kacang tanah
Stipula Adnatae pada Mawar
Stipula Interpetiolaris pada Mengkudu
a. Stipula
adnate pada Rosa sp b. Stipula yang melebar pada Pisum
sativum c. Stipula axillaris d. Stipula
antidroma e. Stipula interpetiolaris pada Morinda citrifolia
2. Selaput bumbung (ochrea atau ocrea), berupa
selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang, jadi terdapat di
atas suatu tangkai daun. Alat ini berfungsi untuk melindungi daun yang masih muda. Selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang
kedua, sisinya saling berlekatan dan melingkari batang, terdapat pada Polygonom
sp.
Selaput bumbung pada karetan (Ficus benjamina)
3. Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang
biasanya terdapat pada batas upih dan helaian daun pada rumput (Graminae).
Alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan kedalam ketiak antara
batang dan upih daun, sehingga kemungkinan pembusukkan dapat dihindarkan.
Ligula pada Graminae (rumput-rumputan)
Upih Daun atau Pelepah Daun (vagina)
Daun
yang berupih umumnya terdapat pada tumbuhan yang tergolong tumbuhan berbiji
tunggal (Monocotyledoneae), antara lain suku rumputan (Graminae),
suku empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum),
golongan Palma (Palmae), dll. Selain untuk melekat pada batang dan
memeluk batang, upih daun juga berfungsi sebagai:
§
Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, ch. pada
tanaman tebu (Saccharum officinarum).
§
Memberi kekuatan pada batang tanaman. Upih daun
semuanya membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, ch. pada pisang (Musa
paradisiacal). Batang yang tampak pada pisang bukanlah batang tanaman yang
sebenarnya melainkan batang semu
Tangkai Daun (Petiolus)
Umumnya
tangkai daun berbentuk silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada
pangkalnya. Berdasarkan
penampang melintangnya dapat dijumpai hal-hal berikut:
§ Bulat
dan berongga, ch. tangkai daun papaya (Carica papaya)
§ Pipih
dan tepinya melebar (bersayap), ch. pada jeruk (Citrus sp)
§ Bersegi,
ch. pada Cyperus sp.
§ Setengah
lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam
seperti pada tangkai daun pisang.
Adapula
tangkai daun yang menebal pada pangkal dan ujungnya, ch. pada daun pohon
kupu-kupu (Bauhinia purpurea). Bila dilihat permukaannya, tangkai daun
ada yang memperlihatkan kerutan-kerutan, sisik-sisik, rambut-rambut, lenti sel,
dll.
Tangkai daun yang menebal di pangkal dan ujung pada Bauhinia purpurea (daun kupu-kupu)
Coming soon!!! Helaian Daun (Lamina)
Tag :// Biologi,
Tag :// E-ducation
Wah, pemilu udah dekat nih mas bro,mbak bro.bagaimana? sudah menentukan pilihan anda? jangan golput yah, karena satu suara dari anda bisa menentukan nasib bangsa ini kedepannya loh. So pilih figur dan partai yang menurut kalian berkompeten, mampu mengemban amanah yakni membela aspirasi dan kepentingan rakyat. Untuk para caleg yang wajahnya terpampang di mana-mana, nih ada sedikit pesan untuk kalian. Mungkin tulisan ini tidak akan sempat anda baca namun....... yah whatever lah, ini hanya nyanyian dari rakyat yang akan engkau pimpin nanti.
Wakil rakyat seharusnya merakyat..Jangan tidur waktu sidang soal rakyat..
Untukmu yang duduk sambil diskusi, untukmu yang biasa bersafari di sana,
Di gedung DPR..
Wakil rakyat kumpulan orang hebat, bukan kumpulan teman-teman dekat, Apalagi sanak famili..
Di hati dan lidahmu kami berharap..
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan..
Jangan ragu jangan takut karang menghadang..
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam..
Di kantong safarimu kami titpkan masa depan kami dan negeri ini,
Dari Sabang sampai Merauke..
Saudara dipilih bukan dilotre,
Meski kami tak kenal siapa saudara..
Kami tak sudi memilih para juara, juara diam juara bohong juara pencuri..
Wakil rakyat bukan paduan suara..
Hanya tahu nyanyian lagu setuju..
Ah iya, satu lagi. kalau sudah terpilih, plis yah jangan malu-maluin pemilih anda. Masa susah payah jadi anggota dewan hanya untuk TIDUR, BERMAIN GAME, NONTON VIDEO TAK SENONOK, plis deh jangan dilakukan, anak SD juga bisa kalau hanya begitu. See? okelah, selamat berjuang yah, nasib bangsa ini bukan untuk dijadikan mainan.
Tag :// Indonesia
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Tugas
Makalah
(Disusun
untuk memenuhi tugas kelompok)
“Sistem
Pemrosesan Informasi”
OLEH
:
Anisa
Maharani (130210103065)
Ridlo
Firmansyah (130210103078)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dengan limpahan rahmat dan
karuniaNya kita bisa menyelesaikan makalah Mata Kuliah Belajar Dan Pembelajaran
yang bertema “Pemrosesan Sistem Informasi”.
Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari bahwa tugas yang kami susun jauh dari sempurna karena kesempurnaan
hanya milikNya. Sehingga makalah ini banyak memerlukan kritik dan saran yang
membangun agar tugas kami selanjutnya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Terima kasih atas kerjasamanya dan semoga tugas ini bisa diterima dan
memberikan manfaat kepada kita semua.
Jember ,
01 Maret 2014
DAFTAR ISI
COVER HALAMAN ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan
................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
................................................ 3
2.2 Penjelasan Teori Pemrosesan
Informasi dari Robert Gagne .................. 5
A. Sistematika
”Delapan TipeBelajar” .................................................... 6
B. Sistematika “Lima
Jenis Belajar” ........................................................ 9
C. Fase-Fase
Belajar ..................................................................................
11
2.3 Implikasi
Teori Gagne dalam
Pembelajaran .......................................... 14
BAB III
PENUTUP ................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan
............................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dalam
mempelajari ilmu pendididkan, sering dikemukakan pertanyaan berupa ”mengapa
seseorang perlu belajar?” untuk menjawab pertanyaan ini, sepertinya kita
sependapat bahwa di dunia ini tak ada makhluk hidup yang ketika baru dilahirkan
dapat melakukan segala sesuatu dengan sendirinya, begitu juga dengan manusia.
Sejak ia bayi, bahkan ketika dewasa pun, ia pasti membutuhkan bantuan orang
lain.
Jika bayi
manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa
lainnya, tentu ia akan binasa. Ia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia
tidak dididik oleh manusia. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk
sosial. Selain itu, manusia juga makhluk berbudaya, sehingga belajar merupakan
kebutuhan yang vital sejak manusia dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan
melakukan perbuatan belajar kapan saja dan dimana saja ia berada.
Banyak ilmuan
yang telah menemukan teori belajar. Salah satu teori belajar tersebut adalah
teori belajar dari Robert M. Gagne, yang akan kami bahas dalam maklah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka dapat di rumuskan
masalah-masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana teori pemrosesan informasi ?
2)
Bagaimana penjelasan teori pemrosesan informasi
dari Robert Gagne?
3) Bagaimana implikasi teori Gagne dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjawab masalah-masalah dalam
makalah yaitu:
1) Mendeskripsikan teori pemrosesan
informasi
2) Mendeskripsikan teori pemrosesan
informasi dari Robert Gagne
3) Mengetahui dan memahami implikasi teori Gagne dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Teori
belajar yang oleh Gagne (1988) disebut dengan ‘Information Processing Learning
Theory’.Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memroses suatu informasi.Karenanya teori belajar tadi disebut
juga ‘Information-Processing Model’ oleh Lefrancois atau ‘Model Pemrosesan
Informasi’. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk
hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil
belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi
eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam
proses pembelajaran.
Dalam
suatu kegiatan belajar, seseorang menerima informasi dan kemudian mengolah
informasi tersebut di dalam memori. Pemrosesan informasi dalam memori manusia
diproses dan disimpan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu Sensory Memory, Short-term
Memory, dan Long-term Memory. Model pemrosesan informasi ini dapat digambarkan
dengan diagram sebagai berikut:
2.1.1. Sensory Memory (SM)
Informasi
masuk ke dalam sistem pengolah informasi manusia melalui berbagai saluran
sesuai dengan inderanya. Sistem persepsi bekerja pada informasi ini untuk
menciptakan apa yang kita pahami sebagai persepsi. Karena keterbatasan
kemampuan dan banyaknya informasi yang masuk, tidak semua informasi bisa
diolah.Informasi yang baru saja diterima ini disimpan dalam suatu ruang
sementara (buffer) yang disebut sensory memory.Durasi suatu informasi dapat
tersimpan di dalam sensory memory ini sangat singkat, kurang dari 1/2 sekon
untuk informasi visual dan sekitar 3 sekon untuk informasi audio.Tahap
pemrosesan informasi tahap pertama ini sangat penting karena menjadi syarat
untuk dapat melakukan pemrosesan informasi di tahap berikutnya, sehingga
perhatian pembelajar terhadap informasi yang baru diterimanya ini menjadi
sangat diperlukan. Pembelajar akan memberikan perhatian yang lebih terhadap
informasi jika informasi tersebut memiliki fitur atau ciri khas yang menarik
dan jika informasi tersebut mampu mengaktifkan pola pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya (prior knowledge).
2.1.2. Short-term
Memory (STM) atau “Working Memory”
Short-term
memory atau working memory berhubungan dengan apa yang sedang dipikirkan
seseorang pada suatu saat ketika menerima stimulus dari lingkungan. Durasi
suatu informasi tersimpan di dalam short-term memory adalah 15 – 20 sekon.
Durasi penyimpanan di dalam short-term memory ini akan bertambah lama, bisa
menjadi sampai 20 menit, jika terdapat pengulangan informasi. Informasi yang
masuk ke dalam short-term memory berangsur-angsur menghilang ketika informasi
tersebut tidak lagi diperlukan. Jika informasi dalam short-term memory ini
terus digunakan, maka lama-kelamaan informasi tersebut akan masuk ke dalam
tahapan penyimpanan informasi berikutnya, yaitu long-term memory.
2.1.3. Long-term Memory (LTM)
Long-term
memory merupakan memory penyimpanan yang relatif permanen, yang dapat menyimpan
informasi meskipun informasi tersebut mungkin tidak diperlukan lagi.Informasi
yang tersimpan di dalam long-term memory diorganisir ke dalam bentuk struktur
pengetahuan tertentu, atau yang disebut dengan schema. Schema mengelompokkan
elemen-elemen informasi sesuai dengan bagaimana nantinya informasi tersebut
akan digunakan, sehingga schema memfasilitasi akses informasi di waktu
mendatang ketika akan digunakan (proses memanggil kembali informasi). Dengan
demikian, keahlian seseorang berasal dari pengetahuan yang tersimpan dalam
bentuk schema di dalam long-term memory, bukan dari kemampuannya untuk
melibatkan diri dengan elemen-elemen informasi yang belum terorganisasi di dalam
long-term memory.
Penyimpanan
informasi dalam long-term memory dapat diumpamakan seperti peristiwa yang
terjadi pada penulisan data ke dalam disket atau hardisk komputer atau pun
perekaman suara ke dalam kaset.Kapasitas penyimpanan dalam long-term memory ini
dapat dikatakan tak terbatas besarnya dengan durasi penyimpanan seumur hidup.
Kapasitas penyimpanan disebut tak terbatas dalam arti bahwa tidak ada seseorang
pun yang pernah kekurangan “ruang” untuk menyimpan informasi baru, berapa pun
umur orang tersebut. Durasi penyimpanan seumur hidup diartikan sebagai
informasi yang sudah masuk di dalam long-term memory tidak akan pernah hilang,
meskipun bisa saja terjadi informasi tersebut tidak berhasil diambil kembali
(retrieval) karena beberapa alasan.
2.2
Penjelasan Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Sebagaimana tokoh-tokoh lainnya
dalam psikologi
pembelajaran, Gagne berpendapat bahwa belajar dipengaruhi oleh
pertumbuhan dan lingkungan, namun yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan
individu seseorang. Lingkungan
individu seseorang meliputi lingkungan rumah, geografis, sekolah, dan
berbagai lingkungan sosial. Berbagai lingkungan itulah yang akan menentukan apa
yang akan dipelajari oleh seseorang dan selanjutnya akan menentukan akan
menjadi apa ia nantinya.
Bagi Gagne,
belajar tidak dapat didefinisikan dengan
mudah karena belajar itu bersifat kompleks. Dalam
pernyataan tersebut, dinyatakan bahwa hasil belajar akan mengakibatkan
perubahan pada
seseorang yang berupa perubahan kemampuan, perubahan sikap, perubahan
minat atau nilai pada seseorang. Perubahan tersebut bersifat menetap meskipun
hanya sementara.
Menurut Gagne,
ada tiga elemen belajar, yaitu individu yang belajar, situasi stimulus, dan
responden yang melaksanakan aksi sebagai akibat dari stimulasi. Selanjutnya,
Gagne juga mengemukakan tentang sistematika delapan tipe belajar, sistematika
lima jenis belajar, fase-fase belajar, implikasi dalam pembelajaran, serta aplikasi dalam
pembelajaran.
A. Sistematika
”Delapan TipeBelajar”
Menurut
Robert M. Gagne, ada 8 tipe belajar, yaitu:
- Tipe
belajar tanda (Signal learning)
Belajar dengan
cara ini dapat dikatakan sama dengan apa yang dikemukakan oleh Pavlov. Semua
jawaban/respons menurut kepada tanda/sinyal. Contoh, mbil sikap tertentu.
Melihat abah-abah ”siap!” merupakan suatu signal atau isyarat untuk mengambil
sikap tertentu. Melihat wajah ibu menimbulkan rasa senang. Wajah ibu disini
merupakan isyarat yang menimbulkan rasa senang itu. Melihat ular atau ulat yang
besar menimbulkan rasa jijik. Melihat ular itu merupakan isyarat yang
menimbulkan perasaan tertentu. Signal learning ini mirip dengan conditioning
menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respons yang
timbul bersifat umum, kabur, emosional. Selain timbulnya dengan tak sengaja dan
tak dapat dikuasai.
- Tipe
belajar rangsang-reaksi (Stimulus-response learning)
Tipe ini hampir
serupa dengan tipe satu, namun pada tipe ini, timbulnya respons juga karena
adanya dorongan yang datang dari dalam serta adanya penguatan sehingga
seseorang mau melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Conpan ”toh, kucing dapat
diajar ”memberi salam” dengan mengangkat kaki depannya bila kita katakan ”kasi
tangan” atau ”salam”. Ucapan ”kasi tangan” merupakan stimulus yang menimbulkan
respons ”memberi salam” oleh kucing itu. Kemampuan ini tidak dip[eroleh dengan
tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan. Respons itu dapat diatur dan
dikuasai, jadi berlainan dengan belajar Type 1. Reasons bersifat spesifik, jadi
tidak umum dan kabur. Respons itu diperkuat atau di-reinforce dengan adanya
imbalan atau reward. Sering gerakan motoris merupakan komponen penting dalam
respons itu. Dengan belajar stimulus respons ini seorang belajar mengucpkan
kata-kata dalam bahasa asing. Demikian pula seorang bayi belajar mengatakan
”mama”.
- Tipe
belajar berangkai (Chaining Learning)
Pada tahap ini terjadi
serangkaian hubungan stimulus-respons, maksudnya adalah bahwa suatu respons
pada gilirannya akan menjadi stimulus baru dan selanjutnya akan menimbulkan
respons baru. Contoh, dalam bahasa kita banyak contoh ”chaining” seperti
”ibu-bapak”, ”kampung halaman”, ”selamat tinggal”, dan sebagainya. Juga dalam
perbuatan kita banyak terdapat ”chaining” ini, misalnya pulang dari kantor,
ganti baju, makan Chaing terjadi bila terbentuk hubungan antara beberapa S-R,
oleh sebab yang satu terjadi segera setelah yang satu lagi, jadi berdasarkan
”contiguity”.
- Tipe
belajar asosiasi verbal (Verbal association learning)
Tipe ini
berhubungan dengan penggunaan bahasa, dimana hasil belajarnya yaitu memberikan
reaksi verbal pada stimulus/perangsang. Contoh, bentuk verbal association yang
paling sederhana ialah bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan anak itu
dapat mengatakan ”bujur sangkar”, atau mengatakan ”itu bola saya” bila
dilihatnya bolanya. Sebelumnya ia harus membedakan bentuk geometris agar dapat
mengenal ”bujur sangkar” sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal
”bola”, ”saya” dan ”itu”. Hubungan itu terbentuk, bila unsur-unsur itu terdapat
dalam urutan tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity).
- Tipe
belajar membedakan (Discrimination learning)
Hasil dari tipe
belajar ini adalah kemampuan untuk membeda-bedakan antar objek-objek yang
terdapat dalm lingkungan fisik. Contoh, anak dapat mengenal berbagai merk mobil
beserta namanya, walaupun tampaknya mobil itu banyak bersamaan. Demikian pula
ia dapat membedakan manusia yang satu dari yang lain, juga tanaman, binatang,
dan lain-lain. Guru mengenal murid beserta nama masing-masing karena mampu
mengadakan diskriminasi diantara murid-murid itu. Diskriminasi didasarkan atas
”chain. Anak misalnya harus mengenal mobil tertentu beserta namanya. Untuk
mengenal mobil lain harus pula diadakannya ”chain” baru, dengan kemungkinan
yang satu akan mengganggu yang satu lagi. Makin banyak yangb harus
dirangkaikan, makin besar kesulitan yang dihadapi, karena kemungkinan gangguan
atau ”interference” itu, dan kemungkinan suatu chain dilupakan.
- Tipe
belajar konsep (Concept Learning)
Belajar pada
tipe ini terutama dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman atau pengertian
tentang suatu yang mendasar. Contoh, belajar konsep mungkin karena kesanggupan
manusia untuk mengadakan representasi internal tentang dunia sekitarnya dengan
menggunakan bahasa. Mungkin juga binatang dapat melakukan demikian akan tetapi
sangat terbatas. Manusia dapat melakukanyya tanpa batas berkat bahasa dan
kemampuannya mengabstraksi. Enggolongkan Dengan menguasai konsep, ia dapat
menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna,
bentuk, besar, jumlah dan sebagainya. Ia dapat menggolongkan manusia menurut
hubungan keluarga, seperti bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya, menurut
bangsa, pekerjaan, dan sebagainya.
- Tipe
belajar kaidah (RuleLearning)
Tipe belajar
ini menghasilkan suatu kaidah yang terdirsebi atas penggabungan beberapa
konsep. Contoh, type belajar ini banyak terdapat dalam pelajaran disekolah.
Banyak aturan yang perlu diketahui oleh setiap orang yang terdidik. Aturan ini
terdapat dalam tiap mata pelajaran. Misalnya, benda yang dipanaskan memuai,
angin berembus dari daerah maksimum ke daerah minimum, (a+b) (a-b) = a2
– b2, untuk menjamin keselamatan negara harus diadakn pertahanan
yang ampuh, tiap warganegara harus setia pada negaranya, dan sebagainya. Ada
yang mengatakan, bahwaanak-anak harus menemukan sendiri aturan-aturan itu. Ada
pula yang berpendirian, aturan-aturan dapat juga dipelajari dengan
menberitahukannya kepada murid desertai dengan contoh-contoh, dan cara ini
lebih singkat dan tidak kurang efektifnya. Mengenal aturan tanpa memahaminya
akan merupakan ”verbal chain” saja dan ini hanya menunjukkan cara belajar-mengajar
yang salah.
- Tipe
belajar pemecahan masalah (Problem solving)
Tipe belajar
ini menghasilkan suatu prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu
permasalahan. Contoh, problem solving atau memecahkan masalah sesuatunyang bisa
dalam hidup setipa manusia dan tiap hari sepuluh dua puluh kali ia memecahkan
masalah. Ia berfikir bagainam mengelakkan kemacetan lalu lintas, bagaimana
mengatur waktunya, bagimana engatasi kenakalan anaknya, membeli pakaian untuk
hari ulang tahun anaknya, dan sebagainya. Hidup kita penuh dengan berbagai
masalah ada yang banyak sedikharus it telah kita kenal, ada pula yang baru bagi
kita. Disekolah murid-murid terus
menerus dihadapkan dengan berbagai maslah dalam tiap mata pelajaran. Memecahkan masalah memerlukan pemikiran dengan
menggunakan dan menghubungkan berbagai aturan-aturan yang kita kenal menurut
kombinasi yang berlainan.
B. Sistematika
“Lima Jenis Belajar”
Sistematika ini
tidak jauh berbeda dengan sistematika delapan tipe belajar, dimana isinya
merupakan bentuk penyederhanaan dari sistematika delapan tipe belajar. Uraian
tentang sistematika lima jenis belajar ini memperhatikan pada hasil belajar
yang diperoleh siswa. Hasil belajar ini merupakan kemampuan internal yang telah
menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang tersebut melakukan
sesuatu yang dapat memberikan ptrestasi tertentu.
Sistematika ini
mencakup semua hasil belajar yang dapat diperoleh, namun tidak menunjukkan
setiap hasil belajar atau kemampuan internal satu-persatu. Akan tetapi
memgelompokkan hasil-hasil belajar yang memiliki ciri-ciri sama dalam satu
kategori dan berbeda sifatnya dari kategori lain. Maka dapat dikatakan, bahwa
sistematika Gagne meliputi lima kategori hasil belajar. Kelima kategori hasil
belajar tersebut adalah informasi verbal, kemahiran intelektual, pengaturan
kegiatan kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
- Informasi
verbal (Verbal information)
Merupakan
pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa,
lisan, dan tertulis. Pengetahuan tersebut diperoleh dari sumber yang juga
menggunakan bahasa, lisan maupun tertulis. Informasi verbal meliputi ”cap
verbal” dan ”data/fakta”. Cap verbal yaitu kata yang dimiliki seseorang untuk
menunjuk pada obyek-obyek yang dihadapi, misalnya ’kursi’. Data/fakta adalah
kenyataan yang diketahui, misalnya ’Ibukota negara Indonesia adalah Jakarta’.
- Kemahiran
intelektual (Intellectual skill)
Yang dimaksud
adalah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri
dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol
(huruf, angka, kata, dan gambar). Kategori kemahiran intelektual terbagi lagi
atas empat subkemampuan, yaitu:
a. Diskriminasi jamak, yaitu
kemampuan seseorang dalam mendeskripsikan benda yang dilihatnya.
b. Konsep, ialah satuan arti yang
mewakili sejumlah obyek yang memiliki ciri-ciri sama. Konsep dibedakan atas
konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan. Konsep konkret adalah
pengertian yang menunjuk pada obyek-obyek dalam lingkungan fisik. Konsep yang
didefinisiskan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak
langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik.
c. Kaidah, yaitu kemampuan
seseorang untuk menggabungkan dua konsep atau lebih sehingga dapat memahami
pengertiannya.
d. Prinsip. Dalam prinsip telah
terjadi kombinasi dari beberapa kaidah, sehingga terbentuk suatu kaidah yang
bertaraf lebih tinggi dan lebih kompleks. Berdasarkan prinsip tersebut,
seseorang mampu memecahkan suatu permasalahan, dan kemudian menerapkan prinsip
tersebut pada permasalahan yang sejenis.
- Pengaturan
kegiatan kognitif (Cognitive strategy)
Merupakan suatu
cara seseorang untuk menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri,
sehingga ia menggunakan cara yang sama apabila menemukan kesulitan yang sama.
- Keterampilan
motorik (Motor skill)
Adalah
kemampuan seseorang dalam melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam
urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
anggota badan secara terpadu.
- Sikap
(Attitude)
Merupakan
kemampuan seseorang yang sangat berperan sekali dalam mengambil tindakan,
apakah baik atau buruk bagi dirinya sendiri.
C. Fase-Fase
Belajar
Fase-fase
belajar ini berlaku bagi semua tipe belajar. Menurut Gagne, ada 4 buah fase
dalam proses belajar, yaitu:
1.
Fase penerimaan (apprehending phase)
Pada fase ini,
rangsang diterima oleh seseorang yang belajar. Ini ada beberapa langkah.
Pertama timbulnya perhatian, kemudian penerimaan, dan terakhir adalah
pencatatan (dicatat dalam jiwa tentang apa yang sudah diterimanya).
2. Fase
penguasaan (Acquisition phase)
Pada tahap ini
akan dapat dilihat apakah seseorang telah belajar atau belum. Orang yang telah
belajar akan dapat dibuktikannya dengan memperlihatkan adanya perubahan pada
kemampuan atau sikapnya.
3. Fase
pengendapan (Storage phase)
Sesuatu yang
telah dimiliki akan disimpan agar tidak cepat hilang sehingga dapat digunakan
bila diperlukan. Fase ini berhubungan dengan ingatan dan kenangan.
4. Fase
pengungkapan kembali (Retrieval phase)
Apa yang telah
dipelajari, dimiliki, dan disimpan (dsalam ingatan) dengan maksud untuk
digunakan (memecahkan masalah) bila diperlukan. Jika kita akan menggunakan apa
yang disimpan, maka kita harus mengeluarkannya dari tempat penyimpanan tersebut,
dan inilah yang disebut dengan pengungkapan kembali. Fase ini meliputi
penyadaran akan apa yang telah dipelajari dan dimiliki, serta mengungkapkannya
dengan kata-kata (verbal) apa yang telah dimiliki tidak berubah-ubah.
Menurut Gagne,
fase pertama dan kedua merupakan stimulus, dimana terjadinya proses
belajar,sedangkan pada fase ketiga dan keempat merupakan hasil belajar.
2.3
Implikasi Teori Gagne dalam Pembelajaran
- Mengontrol perhatian siswa.
- Memberikan informasi kepada siswa mengenai hasil
belajar yang diharapkan guru.
- Merangsang dan mengingatkan kembali
kemampuan-kemampuan siswa.
- Penyajian stimuli yang tak bisa dipisah-pisahkan
dari tugas belajar.
- Memberikan bimbingan belajar.
- Memberikan umpan balik.
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk memeriksa
hasil belajar yang telah dicapainya.
- Memberikan kesempatan untuk berlangsungnya transfer
of learning.
- Memberikan kesempatan untuk melakukahn praktek dan
penggunaan kemampuan yang baru diberikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori belajar Gagne pada mulanya
terdiri dari delapan sistematika, namun Gagne menyederhanakannya menjadi lima
jenis belajar. Akan tetapi, diantara keduanya terdapat hubungan, yaitu tipe
belajar 1, 2, dan 6 tertampung dalam sikap, meleui aspek afektif, konatif dan
kognitif. Hasil tipe belajar 3 tertampung dalam keterampilan motorik, melalui
terbentuknya rangkaian gerak-gerik. Hasil tipe belajar 4 tertampung dalam
informasi verbal, melalui pemberian cap verbal dam terbentuknya rangkaian
verbal. Hasil tipe belajar 5 dan 6 tertampung dalam kemahiran intelektual
melaui konsep, kaidah, dan prinsip. Hasil tipe belajar 7 dan 8 tretampumg dalam
pengaturan kegiatan kognitif.
Dengan demikian jelaslah bahwa
kedua sistematika itu tidak berdiri lepas yang satu dari yang lain, namun “sistematika
lima jenis belajar” lebih bermanfaat untuk diterapkan dalam menganalisis
proses balajar mengajar di sekolah karena dibedakan dengan tegas antara aspek
hasil dan aspek proses dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Antika, Linda Tri.
Pemrosesan Informasi Gagne dan Hakekat Hasil Belajar. Online [Tersedia] http://linda-haffandi.blogspot.com/2011/10/pemrosesan-informasi-gagne-dan-hakikat.html.
4 April 2012
Muhtar, Zulkifli. 2011.
Teori Pemrosesan Informasi. Online [Tersedia]:
http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/08/teori-pemrosesan-informasi/. 4
April 2012
Nasution, S.1982.
Berbagi Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: PT BUMI AKSARA
Sutrisno, Joko. 2008.
Model Pemrosesan Informasi dalam Memori. Online [Tersedia]:
http://www.erlangga.co.id/pendidikan/486-example-pages-and-menu-links.html. 4
April 2012
Tag :// E-ducation